Gejala Rabies |
Latar Belakang
Rabies juga disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat (otak) disebabkan oieh virus rabies. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit zoonosa (zoonosis) yaitu penyakit infeksi yang ditularkan oleh hewan ke manusia melalui pajanan atau Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yaitu anjing, kera, musang, anjing liar, kucing.
Di Indonesia sebagian besar sumber penularan rabies ke manusia, disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi rabies (98%), dan lainnya oleh kera dan kucing. Infeksi rabies baik pada hewan maupun pada manusia yang telah menunjukkan gejala dan tanda klinis rabies pada otak (Encephalomyelitis) berakhir dengan kematian. Hanya terdapat satu penderita yang hidup didunia.
Sekitar 150 negara di dunia telah terjangkit rabies, dan sekitar 55.000 orang meninggal karena rabies setiap tahun. Lebih dari 15 juta orang yang terpajan/digigit hewan penular rabies di dunia, yang terindikasi mendapatkan pengobatan profilaksis Vaksin Anti Rabies (VAR) untuk mencegah timbulnya rabies. Sekitar 40% dari orang yang digigit hewan penular rabies adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Sampai saat ini belum terdapat obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Akan tetapi rabies dapat dicegah dengan pengenalan dini gigitan hewan penular rabies dan pengelolaan/penatalaksanaan kasus gigitan/pajanan sedini mungkin.
Rabies merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia dimana 24 provinsi endemis rabies dari 34 provinsi dan 10 provinsi bebas rabies. Jumlah kasus rabies pada manusia rata-rata per tahun di beberapa negara Asia antara lain :
- india 20.000 kasus,
- China 2.500 kasus,
- Filipina 20.000 kasus,
- Vietnam 9.000 kasus
- Dan Indonesia 168 kasus.
Selama kasus rabies pada hewan penular rabies terutama anjing masih ada maka terdapat risiko adanya kasus rabies/Lyssa pada manusia.
1. Gejala dan tanda penderita rabies yaitu :
- Demam
- Mual
- Rasa nyeri di tenggorokan, sehingga takut untuk minum
- Gelisah
- Takut air (hidrofobia)
- Takut cahaya (fotofobia)
- Liur yang berlebihan (hipersolivasi)
2. Masa inkubasi (masa tunas) dan cara penularan.
Inkubasi (masa tunas) dari virus rabies masuk melalui gigitan sampai timbul gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, pada umumnya 3-8 minggu. Menurut WHO rata-rata 30-90 hari. Variasi masa inkubasi ini dipengaruhi oleh letak luka gigitan semakin dekat dengan otak seperti di atas bahu gejala klinis akan cepat muncul, juga kedalaman luka, jenis virus dan jumlah virus yang masuk.
3. Penularan
Penularan Lyssa/rabies pada manusia ataupun pada hewan lainnya terjadi melalui GHPR (Gigitan Hewan Penular Rabies) yang terinfeksi rabies, jilatan pada kulit yg lecet, cakaran, selaput lendir mulut, hidung, mata, anus dan genitalia terutama oleh anjing (98 %), kera atau monyet, dan kucing.
Penularan dari orang ke orang (langsung) dapat terjadi melalui cairan ludah penderita rabies masuk selaput lendir orang lain.
4. Pengenalan gejaia dan tanda rabies pada hewan (anjing).
Perubahan perilaku hewan tak mengenal pemiliknya, tak menuruti perintah pemiliknya, mudah terkejut. Mudah berontak bila ada provokasi, selanjutnya takut pada sinar cahaya sehingga anjing bersembunyi di kolong tempat tidur, meja, kursi, gelisah, mengunyah benda-benda di sekitarnya, berjalan mondar mandir bila dikandang, beringas, menyerang terhadap obyek yang bergerak terjadi kelumpuhan tenggorokan, dan kelumpuhan kaki belakang dan dalam 10-14 hari akan mati karena rabies.
5. Pertolongan pertama pada jilatan/gigitan hewan penular rabies :
- Cuci luka gigitan memakai sabun/deterjen dengan air mengalir selama 10-15 menit
- Beri anti septik pada luka gigitan (povidoneiodine, alkohol 70%, dlI)
- Segera ke puskesmas, rumah sakit, atau Pusat Pelayanan Rabies (Rabies Center) untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya.
6. Pencegahan rabies :
- Pemeliharaan hewan piaraan/hobi dilaksanakan penuh rasa tanggumg jawab dan memperhatikan kesejahteraan hewan, jangan diliarkan atau dium bar keluar pekarangan rumah tanpa pengawasan dan kendali ikatan.
- Berikan vaksinasi anti rabies pada hewan peliharaan anda secara berkala di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan), dinas kesehatan hewan atau dinas peternakan, atau ke dokter hewan.
- Segera melapor ke puskesmas/rumah sakit terdekat apabila digigit oleh hewan tersangka rabies untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) sesuai indikasi.
- Apabila melihat binatang dengan gejala rabies, segera laporkan kepada Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan), dinas peternakan/yang mem bawahi bidang peternakan atau dinas kesehatan hewan.
0 Komentar untuk "Informasi Umum Virus Penyakit Rabies"